Wednesday, February 17, 2010

JADILAH SEORANG MUSLIM YANG PROFESIONAL


Pagi ini aku pergi ke kantor dengan mengendarai sepeda motor. Alhamdulillah pagi ini cuaca begitu cerah, padahal musim hujan mestinya sedang mencapai puncak-puncaknya. Kurasakan jalanan agak sejuk, tampaknya tadi malam baru turun hujan. Dengan cuaca yang bersahabat inilah aku begitu menikmati setiap perjalanan, seakan aku ingin mengukur meter demi meter aspal jalanan.

Aku bukan ingin bercerita tentang cuaca, atau tentang nikmatnya bersepeda motor di pagi hari ketika semalam aspal jalanan baru diguyur hujan, tapi sebenarnya aku ingin menceritakan apa yang kulihat ketika aku tadi di perjalanan, walau bagi sebagian orang apa yang kulihat itu mungkin bukan persoalan yang mesti dipikirkan, apalagi dibahas, tapi bagiku ini masalah ujian bagiku, sejauhmana aku peduli kepada apa yang kuyakini itu benar itu salah.

Masalahnya begini; ketika aku sedang menikmati perjalanan tadi, tiba-tiba ada seorang pengendara sepeda motor bebek menyalip motorku, sejenak aku terkaget, tapi mataku melihat sepertinya ada sesuatu yang aneh di belakang jaketnya. Dengan penasaran kukejar motor itu, maksudnya ingin lebih dekat lagi agar aku bisa membaca tulisan di jaketnya itu apa! Benar! Dengan jelas kubaca tulisannya berbunyi “JADILAH SEORANG MUSLIM YANG PROFESIONAL”, dan tulisan tersebut percis diatasnya terdapat lambang logo WINDOWS (operating system komputer).

Sejenak aku berfikir! Apa iki to mas maksudne? Apa sekedar atribut, atau sebuah komuniti nyari sensasi, sebuah show force dari kawula muda dunia Information Technology (IT) bahwa “Ini lho enya, babe.. aku orang-orang IT profesional yang canggih, tapi aku juga adalah orang-orang yang tak melupakan agama..!”.

Maksudnya sih begitu kali!, Komunitas itu ingin tampil beda, tidak ortodok, tapi rasa kritisku mengatakan inilah produk pendidikan agama yang salah kaprah. Jika pemahaman seperti ini terus berkembang, maka tidak mustahil setiap orang mensyahkan adanya komersialisasi agama. Ekstrimnya.. ya seperti para dai yang pasang tarif itu kali...!

Agama mestinya dipahami sebagai ajaran ahlak yang luhur, Islam bahkan mengajarkan bahwa segala yang berhubungan dengan material itu adalah alat untuk menuju kehidupan hakiki, karena kehidupan yang hakiki itu sebenarnya adalah akherat.

Akan sangat kontradiktif, jika agama dipahami sebagi kepentingan utamanya adalah sesuatu yang bersifat jasad, atau wujud, atau penampilan yang digambarkan sebagai profesional itu daripada esensinya.

Wallahualam,