Monday, September 03, 2007

The Power of Giving


Oleh Hedi Rachdiana

Pak Salam seorang pengendara vespa, berhenti dan meminggirkan vespanya karena mogok, lalu dia bergumam “Hmm… jangan-jangan kehabisan bensin nih”, lalu dia mencoba memiringkan vespanya, dia coba starter kembali, dan berhasil vespanya hidup kembali. Pak Salam melanjutkan perjalanannya. Namun, kira-kira seratus meter kemudian, vespanya mogok kembali.

Sambil mencari pompa bensin, Pak Salam mendorong vespanya. Di persimpangan perjalanan dia ragu antara terus mencari pompa bensin atau mampir di mesjid untuk menjalankan sholat dhuhur dulu. Timbang pemikiran, dia putuskan untuk sholat dulu.

Rupanya di mensjid itu sedang melakukan pengajian mingguan ba’da dhuhur. Dalam pengajian tersebut Pak Ustadz sedang mengambil tema kajiannya “The Power of Giving” (Kekuatan sedekah). Pak Salam semakin penasaran, akhirnya dia putuskan untuk mengikuti pengajian itu sampai selesai.

Pada akhir pengajian Pak Ustadz mencoba menguji para jamaahnya, sampai dimana pemahaman pengajian tersebut bisa dipraktekkan. Maka digelarlah sejadah untuk mempersilahkan para jamaah memberikan sedekahnya. Seperti biasanya kumpulan hasil sedekah para jamaah pengajiannya disalurkan panitia untuk menyantuni anak yatim yang ada di pondok pesantrennya.

Di dalam dompet Pak Salam hanya ada 10rb rupiah, itupun rencananya untuk membeli bensin. Karena didorong suatu keyakinan dari ceramah yang disampaikan Pak Ustadz, maka diputuskanlah oleh Pak Salam untuk memberikan uang yang hanya 10rb rupiah itu ke atas sajadah. Dan jika terjadi harus mendorong vespanya, itulah resiko dari suatu pengorbanan. Demkianlah Pak Salam memutuskan untuk melawan segala bisikan keraguan dalam hatinya.

Sambil sesekali menyeka keringatnya Pak Salam terus mendorong vespanya. Namun, ketika di tengah perjalan, tiba-tiba ada pengendara sedan yang merendahkan kecepatan dan mengikuti arah perjalanan Pak Salam. Pengendara sedan membuka kacanya, lalu menegur Pak Salam, “Hai.. kenapa vespanya?”. Secara refleks Pak Salam menengok kearah orang yang bertanya. Dengan tersipu Pak Salam menjawab “Ini bensinnya ente”. Rupanya Pak Salam mengenalinya karena si pengendara sedan itu ternyata teman lamanya yang bernama Pak Salim.

“Udah kamu parkir aja itu vespa di tempat yang aman, dan aku antar kau ke pompa bensin” Pak Salim menawarkan jasanya. Dalam perjalanan menuju ke pompa bensin berceritalah keduanya, tentang keadaan keluarganya. “Kau punya anak berapa? Pak Salim memulai pembicaraan. “Aku punya anak tiga”. Pak Salam menjawab. “Bersyukurlah…, Tuhan telah memberi anugerah padamu”. Pak Salim menimpali. Namun tampak di raut wajahnya antara bangga kepada temannya dan rasa iri mengingat dirinya selama ini belum juga dikarunia anak, padahal perkawinannya telah berjalan 10 tahun.

“Ah.. sebetulnya kaulah yang beruntung… Kau sukses dalam hidupmu. Sementara aku punya anak tiga…!, tapi kehidupanku…!? ya… seperti inilah!” Pak Salam menimpali. “Kalau begitu kita tukar…!, aku mau seperti kau, dan kau seperti aku…!?”. Pak Salam sejenak terdiam, seakan menyesali apa yang baru saja diucapkannya.

Tak lama kemudian sampailah keduanya di pompa bensin, dan dibelilah bensin sebanyak 5 lt, yang dibayarkan Pak Salim. Dan mereka kembali ke tempat penitipan vespanya Pak Salam. Lalu setelah meyakinkan vespanya Pak Salam hidup kembali, Pak Salim pamitan. Namun, beberapa langkah kemudian, Pak Salim kembali lagi ke tempat Pak Salam sedang mencoba vespanya, dan menyodorkan sebuah amplop ke tangan Pak Salam. “Apa ini…!?, Pak Salam bertanya. “Sudahlah…! aku titip ini amplop buat istrimu, kau jangan coba-coba buka ini amplop sebelum sampai ke tangan istrimu!”. Pak Salim menutup pembicaraan, dan tak lama kemudian dia meluncur dengan sedannya.

Sampai di rumah alangkah kaget istrinya, ketika membuka amplopnya ternyata uang sejumlah 2jt rupiah. Rupanya Pak Salim mendapatkan uang tersebut dari bonus perusahaannya yang diberikan seluruhnya kepada Pak Salam. Subhanallah…

Demkianlah kisah Pak Salam dan Pak Salim, yang bagi kita bisa diambil hikmah, bahwa: kadang kita sering melupakan janji Tuhan, padahal dengan jelas di tulis di QS Al-An’aam ayat 160 “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.

Kisah ini penulis ceritakan kembali yang diilhami dari kisah nyata yang diceritakan oleh ustadz Yusuf Mansyur. Pak Salim dan Pak Salam adalah nama samaran).