Friday, August 31, 2007

DARI KAMI,


AKU BERDIRI DI SINI BUKANLAH LAGI CERAMAH, ATAU
BUKAN PULA SEDANG BERKELUH-KESAH
INI DIANTARA KITA TENTANG PERJALANAN KEHIDUPAN
BAHWA AKHIRNYA WAKTU JUALAH YANG MEMISAHKANNYA
WALAU BERAT, NAMUN KITA HARUS TEGAR DAN IKHLAS MELEPASKANNYA
SETEGAR DAN IKHLAS YANG MEMANCAR SELAKSA CINTA PENUH MAKNA YANG MEMBIAS DARI SENYUM DAN WIBAWA KEIBUANNYA
PESAN KEBIJAKANNYA ADALAH WARNA DASAR PADA KEHIDUPAN ORGANISASI KITA
SAYANG… SEGALANYA MENJADI BERUBAH SELAGI PERJUMPAAN DIANTARA KITA BELUMLAH SEUMUR JAGUNG
WAKTU TELAH MEMISAHKAN KITA
SELAMAT JALAN, SEMOGA BAHAGIA SENANTIASA MENYERTAINYA
TAK ADA YANG KAMI MOHON DARINYA, SELAIN DOANYA
BAGAI DOA SEORANG IBU TUK ANAK-ANAKNYA

DOA KAMI,

(dipersembahkan untuk perpisahan direktur, 2004)

Berapa Lama Aku di Kubur?


Awan sedikit mendung, ketika kaki langkahku terseok-seok mengayun di atas jalan bebatuan dan menanjak menuju pemakaman tempat ibu, ayah serta kakekku dimakamkan. Sambil sesekali bicara mengenang masa kecilku, sesaat teringat jalanan itu adalah jalanan yang setiap hari kutapaki ketika ibu atau ayahku mengajakku ke kebun yang saat ini berubah menjadi tempat pemakaman keluargaku. Tak lama aku sampai di atas seonggok nisan yang bertuliskan “Hj. Ocih Sofiah binti Mansyur, lahir Garut 01-08-1924 wafat 16-04-1998“ dan disebelahnya terdapat seonggok nisan yang bertuliskan “H. Sumarna bin Kardi, lahir Garut 07-05-1914 wafat 05-04-1984”

Sesaat aku berhitung…Ibu waktu meninggal umur 74 tahun. Hmm, Ibu sudah meninggal 7 tahun lalu, aku bergumam sambil mataku menerawang. Ya, ibuku sudah di dalam kubur 7 tahun!?. Lalu aku memutar kepala, kupandang nisan ayah. Ohh... ayah sudah meninggal 21 tahun yang lalu!?.

“Aku teringat, ustadz khan pernah bilang kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka. Lalu?... aku mencoba mencari-cari jawaban dari pertanyaan yang tersirat dari pertanyaanku sendiri. Kalau Ibu dan ayah banyak dosanya, berarti ayah sendiri sudah disiksa 21 tahun!? Kalau ayah banyak pahalanya, berarti sudah 21 tahun senang di kubur!? Subkhanallah…Mataku menerawang dan cemas, ketika aku juga ingat akan diriku, apa yang akan terjadi dengan diriku, jika aku harus mati besok atau lusa!?.

Pulang dari pemakaman aku gelisah, di atas sajadahku memikirkan apa yang tersirat dari pertanyaan-pertanyaanku, apa yang terjadi jika aku mati sekarang, sementara kiamat masih seribu, duaribu tahun lagi!? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un... air mataku menetes.....Sanggupkah aku selama itu disiksa? Iya kalau kiamat seribu tahun ke depan, kalau sejuta tahun ke depan? Kalau seratus juta tahun lagi? Selama itu aku akan disiksa di kubur... Lalu setelah di kubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Air mataku semakin membanjiri sejadahku ..... Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang-kali kubaca doa itu sementara pikiranku semakin menerawang jauh... Segala ingatanku menerawang mengira-ngira apa yang akan terjadi dengan Anak-Istriku… Saudara-saudaraku… Bagaimana dengan kehidupan mereka selama aku di kubur!?

Sementara aku mengenang kerinduanku akan masa kecilku, rasanya berat aku harus meninggalkan kota kelahiranku untuk menuju dan kembali ke rutinitas kehidupaku yang sepertinya juga tidak menjanjikan, jika aku tak ingat akan amanah kepada anak-anakku.

Laa haola walakuwwata illabilla khillaliyil adzim…tergetar lidahku ketika terucap dari doaku sebagai tekadku bahwa aku harus kembali ke duniaku, walau dunia yang penuh rutinitas itu tak menjanjikan apa-apa… Dunia yang tak pernah bisa kupahami hakekatnya. Kecuali…aku harus lebih mengenal lagi siapakah aku…!?

Hed/2005

SECANGKIR KOPI


Oleh: Hedi R

Pagi tanpa secangkir kopi bagiku ibarat mandi pagi tanpa gosok gigi, secercah harapan terbersit seirama kepulan uap dari cangkir kopi panas dibarengi dengan aroma kopi segar.

Kopi memang merupakan stimulan positif yang menyebabkan tubuh terasa lebih segar dan meningkatkan gairah kerja. Kafein yang terkandung di dalam kopi dapat membantu merubah cadangan lemak menjadi energi.

Menurut para ahli kafein memang golongan zat yang punya kemampuan menstimultan otak. Kafein yang merupakan bagian dari kelompok senyawa metilsantin, sedangkan bagian lain dari senyawa ini dikenal sebagai trofilin dan teobromin yang salah satu sumber utamanya adalah dari kopi. Kafein dalam kopi mampu memberikan sinyal pada otak untuk lebih cepat merespon dan dengan cepat mengolah memori pada otak. Demikian sumber permasalahan kopi mangatakan.

Tapi aku tidak mau ambil pusing dan tidak mau repot tentang kopi itu. Secangkir Kopi tetaplah hanya sebagai minuman hangat yang barangkali dapat membantu aku mencerna setiap permasalahan. Maka semakin pelik persoalan di benakku, segelas kopi diharapkan dapat menetralisir dari analisis spontan yang timbul di benak ini.

Kebutuhan hidup meningkat; harga-harga semakin tak terkendali, bencana alam, tarif listrik, tarif telepon, beras, bensin, kebutuhan anak sekolah, keadaan kantor yang tidak menjanjikan masa depan, dan sejuta persoalan lainnya tenggelam dalam seruput kopiku yang untuk kesekian kalinya.

Tentang kopi sekali lagi itu adalah data dan fakta yang bagiku tidak akan menjadi persoalan. Meski data dan fakta adalah suatu hal yang layaknya diketahui, sama halnya dengan kelayakan aku atau kita semua untuk memahami yang tersirat dan tersurat dari maksud orang menyampaikan sesuatu, atau ingin memahami arah hidup dan mencari kehidupan.

Dalam hal ini, yang dipahami bagi orang semacam aku yang dhoif namun penuh dengan impian ini, kenyataannya adalah; SATU TAMBAH SATU BELUM TENTU DUA.

Uhk…., aku hampir tersedak karena tegukan kopi terakhirku menyentuh ampas kopi, dan akhirnya aku mengakhiri minum kopiku untuk selanjutnya menuju ke rutinitasku untuk menuai peluang-peluang kehidupan yang oleh sebagian orang bisa jadi untuk mendapatkan peluang kehidupan atau rejeki dan menjadikan rejeki itu berada dalam genggamannya, rumusannya juga cukup sederhana juga, bahwa; SATU TAMBAH SATU SUDAH PASTI DUA.