
Oleh: Hedi R
Pagi tanpa secangkir kopi bagiku ibarat mandi pagi tanpa gosok gigi, secercah harapan terbersit seirama kepulan uap dari cangkir kopi panas dibarengi dengan aroma kopi segar.
Kopi memang merupakan stimulan positif yang menyebabkan tubuh terasa lebih segar dan meningkatkan gairah kerja. Kafein yang terkandung di dalam kopi dapat membantu merubah cadangan lemak menjadi energi.
Menurut para ahli kafein memang golongan zat yang punya kemampuan menstimultan otak. Kafein yang merupakan bagian dari kelompok senyawa metilsantin, sedangkan bagian lain dari senyawa ini dikenal sebagai trofilin dan teobromin yang salah satu sumber utamanya adalah dari kopi. Kafein dalam kopi mampu memberikan sinyal pada otak untuk lebih cepat merespon dan dengan cepat mengolah memori pada otak. Demikian sumber permasalahan kopi mangatakan.
Tapi aku tidak mau ambil pusing dan tidak mau repot tentang kopi itu. Secangkir Kopi tetaplah hanya sebagai minuman hangat yang barangkali dapat membantu aku mencerna setiap permasalahan. Maka semakin pelik persoalan di benakku, segelas kopi diharapkan dapat menetralisir dari analisis spontan yang timbul di benak ini.
Kebutuhan hidup meningkat; harga-harga semakin tak terkendali, bencana alam, tarif listrik, tarif telepon, beras, bensin, kebutuhan anak sekolah, keadaan kantor yang tidak menjanjikan masa depan, dan sejuta persoalan lainnya tenggelam dalam seruput kopiku yang untuk kesekian kalinya.
Tentang kopi sekali lagi itu adalah data dan fakta yang bagiku tidak akan menjadi persoalan. Meski data dan fakta adalah suatu hal yang layaknya diketahui, sama halnya dengan kelayakan aku atau kita semua untuk memahami yang tersirat dan tersurat dari maksud orang menyampaikan sesuatu, atau ingin memahami arah hidup dan mencari kehidupan.
Dalam hal ini, yang dipahami bagi orang semacam aku yang dhoif namun penuh dengan impian ini, kenyataannya adalah; SATU TAMBAH SATU BELUM TENTU DUA.
Uhk…., aku hampir tersedak karena tegukan kopi terakhirku menyentuh ampas kopi, dan akhirnya aku mengakhiri minum kopiku untuk selanjutnya menuju ke rutinitasku untuk menuai peluang-peluang kehidupan yang oleh sebagian orang bisa jadi untuk mendapatkan peluang kehidupan atau rejeki dan menjadikan rejeki itu berada dalam genggamannya, rumusannya juga cukup sederhana juga, bahwa; SATU TAMBAH SATU SUDAH PASTI DUA.