
Ketika Hindu atau Budha menyembah berhala,
Ada juga yang menyembah patung Yesus dan Bunda Maria
Dan kita menyebutnya kafir,
Ketika para ustadz dan kyai melapalkan Quran sebagai aji-aji pengusir setan, jin ifrit dan sebagainya
Jua, mereka menanyakan kenapa Kabah disembahnya
Maka dijawabnya:
Itu bukan menyembah, tapi sekedar menghadap katanya,
Alasan yang sama dengan mereka
Karena merekapun hakekatnya melakukan yang sama
Lalu, dimana perbedaannya?
Kita harus pandai-pandai bertanya pada nurani dan akal mestinya
Kita punya Quran yang syarat dengan tafsirannya
Lalu aliran dan banyak aliran bermunculan dimana-mana
Kenapa harus berkiblat kepada aliran…?
Akankah kafir, kufur, bidah dan sejuta istilah kesesatan ditujukan kepada sesama seaqidah?
Meskikah sholat, puasa yang dilakukan, adalah alasannya?
Seakan surga pun mutlak miliknya
Walau tak memahami apa hakekatnya
Nyatanya kedzalimanpun masih merajalela dimana-mana, mungkin termasuk dirinya
Ada sesuatu yang lebih nyata
Bercermin pada alam misalnya
Kenapa musibah demi musibah hadir menjamah bersama kehidupan manusia
Kenapa mereka tak menyadarinya
Alam selalu jadi sasaran gamblang penyebabnya
Manusia memang begitu tabiatnya
Orang bodoh dibilang cerdas, bodoh dibilang pandai
Orang yang benar dan salah tak jelas jadinya
Jika ada yang bertanya kepada kita,
Sholat itu apa dan untuk apa?
Puasa itu bagaimana dan untuk apa?
Zakat itu untuk apa?
Haji itu untuk apa?
Apa untuk mendapatkan syurga?
Dan syurga itu gimana dan dimana?
Apa yang mesti kita jawab,
Dan….. ketika kita tidak bisa menjawabnya
Mestikah ibadah orang lain dicaci-makinya
Seakan surgapun sudah ada dalam genggamannya
Padahal ketika ditanya syurga itu apa
kita tak menjawabnya…
Kalau tidak tahu syurga itu apa
Terlalu naif kita berharap mendapatkannya
Ahh.. mestinya kita tak perlu pula menyalahkan bagaimana mereka
Karena nyatanya kita jua belum benar adanya
Nyatanya kita tidak tahu tujuan kita ke mana akhirnya.